Suara Undang Walet Jarak Jauh


Sebelum saya menjelaskan bagaimana cara beternak burung walet, alangkah baiknya kita mengenal dulu ciri-ciri, jenis-jenis, dan sifat-sifat yang dimiliki burung walet.
Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap. Terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang. Sayapnya berbentuk sabit yang sempit dan runcing. Sayap walet sangat kuat. Kakinya sangat kecil sehingga burung jenis ini tidak pernah hinggap di pohon. Paruhnya sangat kecil. Walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap. Walet menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berkembang biak.

JENIS - JENIS WALET

Ada beberapa jenis walet yang dikenal di Indonesia yang dapat menghasilkan sarang. Namun, tidak semua sarang yang dihasilkan bisa dikonsumsi dan memiliki khasiat. Karena kondisi lingkungan yang cocok, Indonesia memiliki enam jenis walet. Beberapa jenis tersebut dapat dibedakan berdasarkan ukuran tubuh, suara, warna bulu, tingkah laku dalam membuat sarang, dan bahan yang digunakan dalam membuat sarang. Karena burung walet gemar terbang melayang di udara, burung walet sering disebut burung layang-layang.
Banyak orang berpendapat, bahwa burung sriti adalah burung layang-layang. Burung sriti yang bersarang di rumah dan sarangnya dapat dimanfaatkan untuk menetaskan telur walet. Semula, burung ini dianggap anak jenis dari walet sapi karena sepintas hampir sama. Bulu badan bagian atas sriti berwarna hitam kehijauan mengkilat dan tidak memiliki bulu kecil di atas ibu jari kakinya. Sedangkan walet sapi, bulu penutup tubuhnya berwarna hitam kebiruan mengkilat dan di atas jari kakinya terdapat bulu kecil.
Semua jenis walet memiliki bentuk tubuh yang hampir sama. Burung walet lebih suka menggantung pada batu-batu karang dengan menggunakan cakarnya yang tajam dan bersarang di gua-gua atau langit-langit rumah. Oleh karena kebiasaannya hinggap di langit-langit rumah, orang “menjaringnya” agar burung ini mau bersarang di rumah yang didirikan.

Berikut ini adalah jenis-jenis walet yang ada di Indonesia :
a. Walet putih
Walet putih, disebut demikian karena menghasilkan sarang berwarna putih. Bulu walet ini berwarna cokelat kehitam-hitaman dengan bulu bagian bawah keabu-abuan atau cokelat. Bulu ekor sedikit bercelah. Suaranya melengking tinggi. Termasuk walet berukuran sedang dengan panjang tubuh sekitar 12 cm. Mata berwarna cokelat gelap, paruh hitam, dan kaki hitam.
Sayap walet ini lebih kaku dan terbangnya juga lebih kuat. Bila ia mencari makan jarang berputar-putar di tempat yang rendah. Walet putih lebih suka mencari makan dekat pohon-pohon tinggi yang banyak terdapat serangga kecil. Juga sering terlihat meluncur ke dalam air untuk mandi dan minum, lantas terbang lagi.di alam, sarangnya terletak di celah-celah batu karang, atau gua kapur yang sulit dicapai. Sarang tersebut seluruhnya terbuat dari air liur sehingga harganya mahal dan sering dicari pemetik sarang burung. Telur berwarna putih, berbentuk memanjang. Biasanya hanya bertelur dua butir. Walet putih bersarang secara musiman, tergantung pada tempat bersarang yang dipilihnya.

b. Walet besar
Jenis walet ini berwarna hitam dengan bulu bagian bawah cokelat gelap. Bulu ekor agak bercelah. Suaranya keras dan berderik. Merupakan jenis walet yang berukuran paling besar dibandingkan dengan jenis walet lainnya. Panjang tubuhnya sekitar 16 cm.
Karena sayap dan badannya lebih besar, walet ini dapat terbang lebih tinggi dan lebih cepat. Ketika terbang, ia memangsa serangga-serangga kecil yang menjadi makanannya. Walet besar lebih suka bersarang pada lubang-lubang batu (gua kecil), atau pada celah-celah batu dekat air terjun. Sarangnya tidak dapat dimakan. Sarang ini berbentuk mangkok, terbuat dari campuran akar-akaran, lumut, dan serat-serat. Dibandingkan dengan walet jenis lain, sarang walet besar termasuk kotor dan semrawut. Jika bertelur biasanya hanya sebutir. Warna telur putih, bentuknya agak lonjong. Pada bulan November dan Desember walet besar biasanya memasuki musim bersarang.

c. Walet sarang hitam
Warna bulu walet ini cokelat kehitam-hitaman dengan bulu ekor cokelat kelabu. Bulu ekor bercelah sedikit. Walet ini kakinya berbulu merata. Dalam hal ukuran tubuh, ia termasuk berukuran sedang. Panjang tubuhnya sekitar 12 cm. Jika dilihat sepintas, penampilannya sangat mirip walet putih. Mata berwarna cokelat tua, paruh hitam, dan kaki hitam. Tidak seperti walet lain, jenis ini suaranya terdengar mencicit. Walet ini juga memakan serangga-serangga kecil yang disambarnya ketika terbang. Untuk lokasi sarang, lebih meyukai pada gua-gua kapur. Sarangnya disebut sarang hitam karena air liur untuk membuat sarang bercampur dengan bulu-bulu tubuhnya yang berwarna hitam. Bila bertelur hanya sebuah. Warna telurnya putih, berbentuk memanjang. Musim kawinnya sama dengan walet putih. Seperti halnya walet putih, walet sarang hitam juga lebih mudah untuk dibudidayakan dibandingkan dengan jenis walet lainnya.

d. Walet gunung
Warna burung ini hitam, tetapi warna ekornya abu-abu kehitaman. Bulu ekor bercelah dalam. Kakinya sedikit berbulu atau tidak berbulu sama sekali. Suaranya khas suara burung walet yang berderik. Ukuran tubuhnya tergolong besar. Panjang tubuhnya sekitar 14 cm. burung ini terbang berkelompok dengan cepat di dekat tebing atau puncak gunung. Serangga-serangga kecil makanannya disantap ketika terbang. Sarang dibuat di celah-celah batu. Biasanya sarang dibangun pada bekas kawah pegunungan. Karena terbuat dari rumput-rumputan dan hanya sedikit atau tidak ada air liur pada bahan sarangnya, maka sarang walet gunung tidak dapat dimakan. Pada musim kawin, biasanya bertelur dua butir.

e. Walet sarang lumut
Bulu burung ini berwarna cokelat kehitam-hitaman, tetapi warna ekor lebih gelap. Ekornya hanya sedikit bercelah. Dilihat dari jauh, penampilannya mirip dengan walet putih. Suara melengking tinggi. Tubuhnya berukuran sedang. Panjang tubuhnya sekitar 12 cm.
Jenis walet ini jarang dikenal orang karena sulit ditemui. Sarangnya dibangun pada bagian-bagian gua yang lebih dalam dan sangat sukar untuk dicapai. Kuat terbang jauh dan tinggi. Jarang sekali terbang berputar-putar rendah dekat permukaan tanah. Sambil terbang ia langsung memangsa serangga-serangga kecil. Sarangnya bagus dengan permukaan yang halus dan bentuknya lebih bundar. Lumut digunakan untuk tambahan sarang sehingga sarangnya disebut sarang lumut.

f. Walet sapi
Walet ini berbulu hitam kebiru-biruan dengan warna yang mengkilat. Bulu bagian bawah kelabu gelap, bagian perut agak putih. Ekornya sedikit bercelah. Merupakan jenis walet yang berukuran paling kecil. Panjang tubuhnya hanya sekitar 10 cm. Mata berwarna cokelat gelap, paruh hitam, dan kaki hitam. Suaranya melengking tinggi. Habitatnya meliputi semua ketinggian permukaan, baik pada padang rumput berpohon terbuka atau hutan.
Walet ini jika terbang berkelompok, tetapi tidak beraturan. Walet sapi tidak kuat terbang jauh. Biasanya terbang rendah hanya berputar-putar di dekat permukaan tanah atau sungai untuk mandi dan minum. Bila mencari makan, sering mengitari pohon-pohon besar dan tinggi yang banyak serangganya, terutama tawon kecil. Sarangnya berbentuk tidak beraturan, terdiri dari campuran lumut dan rumput yang direkatkan dengan air liurnya. Pada celah gua yang terang, celah batu walet sapi dapat bersarang. Bila bertelur biasanya hanya dua butir. Telurnya berwarna putih dan agak lonjong. Walet sapi bersarang tidak tergantung pada musim, ia bisa bersarang sepanjang tahun.

SIFAT-SIFAT WALET
Pada habitat aslinya walet ditemukan bersarang di gua-gua yang terpencil. Umumnya, gua itu di tebing-tebing yang curam dekat laut lepas. Di sekitar gua biasanya dikitari oleh hutan lebat. Walet lebih suka bila daerah itu memiliki perairan (sungai atau danau), padang rumput, dan pepohonan yang tinggi dan rimbun. Pada daerah seperti ini, banyak terdapat serangga-serangga kecil yang merupakan makanan walet. Di Indonesia, walet terdapat hampir di seluruh provinsi. Walet tidak menyukai daerah-daerah yang tandus. Walau terbangnya tinggi, walet tidak menyukai daerah dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut.
Untuk lokasi sarang walet sangat memerlukan tempat yang lembab. Kelembaban ruang yang dibutuhkan sekitar 85-95%. Suhu ruangan yang cocok untuk walet antara 25–29 0C. Walet menginginkan lokasi yang tenang, aman, dan belum tercemar oleh polusi udara. Walet merupakan burung yang hidup secara berkelompok. Walaupun anggota suatu kelompok dapat pindah ke kelompok lain, tetapi tidak ada walet yang hidup memisahkan diri dari lainnya. Jumlah anggota suatu kelompok walet berbeda-beda, tergantung besar kecilnya tempat tinggal. Semakin besar tempat tinggal walet, maka semakin besar pula anggota kelompoknya.
Dalam suatu rumah atau gua dapat dihuni oleh beberapa kelompok. Walet berkelompok dalam segala kegiatan hidup. Mereka berkelompok antara lain untuk berburu serangga bersama ke hutan. Pagi hari berangkat bersama dan sore hari pulang bersama kembali. Suatu kelompok walet akan membangun sarang-sarang secara berdekatan pada tempat tinggalnya. Tidak pernah dalam suatu rumah walet terjadi perselisihan antar kelompok. Walaupun hidup berdesak-desakan di satu tempat, walet tidak saling mengusik walet lainnya.

Setelah seharian mencari makan, walet pulang dan langsung beristirahat di sarang. Kalau biasanya walet terbang lurus sewaktu berburu, maka sewaktu pulang ke rumahnya walet akan terbang berputar-putar mengelilingi rumah. Pada musim membuat sarang dan bertelur, walet pulang lebih cepat dari hari biasa. Walet memang tipe burung yang memiliki sifat pulang kandang. Walet terikat pada tempat tinggalnya dan senantiasa akan pulang ke tempat itu lagi selama keadaan tempat sesuai dan aman.
Walet menyukai tempat tinggal yang gelap. Lebih-lebih lagi bila sinar matahari yang masuk sangat sedikit. Ini sesuai dengan habitat walet asli di dalam gua yang teduh dan gelap. Tidak seperti binatang lainnya, walet tidak mempunyai kesulitan dengan kegelapan di sekitar sarangnya. Untuk mengatasi keadaan yang gelap ini walet tidak mengandalkan panca indera matanya. Walet menggunakan sistem pantulan suara sebagai alat pengukur jarak (ekholokasi). Biasanya, walet pulang sesudah senja hari dan keadaan tempat tinggal mereka saat itu sangat gelap. Untuk mengetahui dengan tepat posisi sarang, mereka mengeluarkan suara melengking. Suara yang dipantulkan kembali oleh dinding rumah tempat mereka bersarang, menuntun mereka untuk mengetahui lokasi dalam ruangan. Itulah sebabnya walet dapat masuk ke dalam gua yang gelap tanpa kesulitan di malam hari. Ada juga kekecualian. Jenis walet besar dan walet sapi tidak menggunakan ekholokasi. Keadaan ini berlaku untuk walet yang bertempat tinggal di tempat yang cukup terang.
Sarang walet dibuat pada waktu malam setelah pulang. Sarang tidak dibuat sendiri-sendiri. Kedua pasangan walet, jantan dan betina, bekerja sama memoleskan air liurnya membentuk sarang. Pada kerongkongan walet terdapat sepasang kelenjar saliva yang dapat menghasilkan air liur. Pekerjaan membangun sarang dilakukan terus menerus setiap hari. Proses pembentukan hingga sebuah sarang selesai memerlukan waktu 40–80 hari. Bila makanan walet berupa serangga banyak terdapat dan tidak pada musim bertelur, waktu yang dibutuhkan sekitar 40 hari. Akan tetapi pada saat musim bertelur, waktunya bisa dua kali lebih lama yaitu sampai 80 hari.

Di luar musim bertelur, ukuran sarang lebih kecil. Bentuk sarang kurang bagus dan tidak beraturan. Sarang ini dibuat hanya sebagai tempat istirahat. Sebaliknya, sarang yang di buat pada musim bertelur berukuran lebih besar dan bentuknya lebih bagus. Pada saat ini, sarang digunakan selain untuk beristirahat juga untuk mengerami telur dan membesarkan anak walet. Apabila sarang diambil pada musim bertelur, walet akan segera membangun sarang baru kembali. Sarang baru dibuat dalam waktu lebih cepat dari pada pembuatan sarang yang telah diambil. Pengambilan sarang sebaiknya jangan beruntun. Pengambilan sarang secara beruntun dalam waktu musim bertelur akan merugikan. Walet akan kehilangan rasa aman. Apalagi bila orang yang memetik sarang melakukannya ketika walet sudah pulang dan tengah beristirahat atau mengerami telur.
Pada musim kawin, walet akan saling mencari jodoh dengan jalan berkejar-kejaran di udara. Ini bisa dilakukan sewaktu walet berburu serangga. Jantan dan betina akan terbang tinggi saling berkejaran. Pasangan walet yang terbentuk segera mencari tempat yang cocok untuk membangun sarang. Walet kawin setelah sarang yang dibuat bersama-sama terbentuk dengan bagus dan cukup besar. Proses perkawinan bisa berlangsung 5-8 hari, setelah itu barulah si betina akan segera bertelur. Biasanya walet hanya bertelur dua butir. Pengeraman telur juga dilakukan bersama-sama, jantan dan betina akan mengerami telur bergantian sampai saatnya menetas.

Anak walet disuapi dari makanan yang dikeluarkan dari paruh induknya. Makanan ini dapat dicerna oleh bayi walet karena sebelumnya telah dilumatkan oleh induknya. Dalam seminggu, anak walet sudah mulai tumbuh bulu sayapnya. Setelah bulu sayap tumbuh, disusul dengan tumbuhnya bulu punggung. Barulah seluruh bulu tubuh walet bermunculan. Pada umur 45 hari setelah menetas, walet sudah kuat terbang untuk mencari makan sendiri. Seperti burung pemakan serangga umumnya, paruh walet berbentuk segitiga.
Makanan walet terdiri dari serangga-serangga yang biasa menjadi hama bagi tanaman yang dibudidayakan. Serangga-serangga makanan walet antara lain jenis-jenis wereng, kumbang, belalang kecil, laron, semut bersayap, hama putih padi, penghisap batang padi, dan sundep. Secara tak langsung walet merupakan musuh biologi hama tanaman tadi sehingga dapat mengurangi kerugian usaha budidaya tanaman. Dengan demikian walet berjasa bagi usaha pertanian di sekitarnya.

Puluhan juta Rupiah dikeluarkan, dan bahkan sampai ratusan juta Rupiah demi memikat agar Burung walet mau bersarang/ bertempat tinggal di dalam gedung walet/ rumah walet tersebut. Setelah Pembangunan Gedung selesai dilakukan, berbagai cara-pun dilakukan demi menambah daya pikat Rumah walet, gedung walet tersebut dilakukan. Diantaranya
memberikan Cairan perangsang/ pemikat pada rumah atau gedung walet, memasang suara walet sebagai sarana pemanggil walet agar datang berkunjung dan menginap serta bertempat tinggal di rumah atau gedung walet tersebut.

Bermacam jenis Aroma Cairan, suara walet sebagai pemanggil-pun bermunculan,

1. Diantara jenis suara walet terbut ada jenis suara luar / suara walet luar gedung seperti: 
        green wave luar,
        platinum luar,
        tiger suara luar,
        suara walet putih luar,
        red wave luar,
        selir walet luar,

2. ada juga suara walet dalam gedung seperti:
        green wave dalam,
        platinum dalam,
        tiger suara dalam,
        red wave dalam,

3. suara inap / suara walet inap seperti:
        walet inap dalam,  

4. suara Olympus
5. suara apollo
6. suara venus
7. suara jaguar

SUARANYA BISA TERDENGAR LEBIH JAUH. ITULAH SEPENGGAL KALIMAT IKLAN PRODUK TELEVISI BERTEKNOLOGI SUARA BAZOOKA BEBERAPA TAHUN LALU. UNGKAPAN ITU PAS MENGGAMBARKAN TEMUAN BARU TWEETER RUMAH WALET YANG DAPAT MEMANCARKAN SUARA JAUH: TWEETER BAZOOKA.

Tweeter berbentuk tabung layaknya meriam itu mulai dilirik peternak Collocalia fuciphaga di tanahair seperti Pontianak, Kalimantan Barat, dan Surabaya, Jawa Timur. Pun peternak di Malaysia dan Vietnam. Musababnya tweeter baru ini selain berfungsi memancing walet juga ramah lingkungan. Tidak menimbulkan suara bising yang mengganggu penduduk sekitar rumah si liur emas.

Tweeter konvensional bertipe corong disinyalir cukup menimbulkan gangguan. Tiga tahun lalu di sentra walet di Sedayu, Gresik, Jawa Timur, sekelompok masyarakat sampai mendatangi sebuah rumah walet akibat bunyi tweeter yang tak putus-putus sepanjang hari. 'Mereka terganggu karena suara tweeter corong menyebar sampai pemukiman warga,' ujar Ubaidillah Thohir, praktisi walet di Gresik. Beruntung masalah ini bisa diselesaikan dengan damai. Itu tak bakal terjadi jika menggunakan tweeter bazooka.

Jarak jauh
Tweeter bazooka tak hanya memfokuskan suara ke satu titik, tapi juga dapat memancarkan gema suara lebih jauh. Tweeter konvensional menjangkau jarak sekitar 100 m. 'Bahkan bisa lebih pendek, hanya 50 m, kalau terhalang gedung-gedung walet lain seperti di sentra walet Sedayu,' ujar Ubaidillah.

Tweeter bazooka dibuat dengan cara memodifikasi moncong tweeter konvensional. 'Jika moncong tweeter dimodifikasi lebih panjang, frekuensi makin rendah dan gelombang suara makin panjang sehingga suara dapat terdengar lebih jauh,' ujar Hary K Nugroho, konsultan walet di Kelapagading, Jakarta Utara. Tak hanya itu, kelebihan tweeter bazooka mempunyai daya sampai 100 watt; tweeter konvensional berdaya 1 watt. Itu artinya kekuatan suara tweeter bazooka jauh lebih tinggi, menjangkau area sejauh 500-1.000 m.

Meski suara lebih fokus, tetapi pemasangan tweeter bazooka perlu cermat. 'Jangan sampai salah sasaran,' ujar Harry. Untuk mengundang walet, tweeter di pasang di atap gedung dengan kemiringan sekitar 450 ke arah langit yang biasa dilalui walet. Tweeter bukan diarahkan ke gedung atau benda lain di sekitarnya. Oleh karena itu menurut Philip Yamin, konsultan walet, tweeter bazooka harus dipasang pada ketinggian minimal setingkat lebih tinggi daripada bangunan di sekitarnya.

Lubang tweeter tidak boleh kemasukan air hujan yang berakibat suara tidak lepas. Jadi tweeter perlu diletakkan di teras atau di bawah atap pelindung. Cara lain dengan mengatur kemiringan hingga 200. Makin kecil sudut, makin kecil kemungkinan kemasukan air. 'Yang penting tweeter tetap mengarah ke langit, bukan gedung,' ujar Hary.

Jika rumah walet kecil, misal berukuran 8 m x 12 m, cukup menggunakan sebuah tweeter bazooka. Namun, kenyataannya ada juga yang menggunakan 4 tweeter sekaligus dengan mengarahkan suara ke empat penjuru mata angin. Menurut Hary pemasangan tweeter lebih dari satu kurang efektif karena hanya akan membuat walet bingung. Ia hanya terbang memutar-mutar mengelilingi suara, tidak tergiring masuk gedung.

Untuk mengarahkan walet yang terpancing masuk, di tiap lubang keluarmasuk dan di dalam rumah dapat dipasang tweeter biasa berukuran kecil. Menurut Philip kunci keberhasilan mengundang walet masuk, tetap tergantung jenis suara pancingan yang diputar. 'Meski pakai bazooka, tapi jika suaranya salah atau jelek susah berhasil memancing walet,' ujarnya. Yang dimaksud Philip, suara salah misalnya memancing walet di luar dengan suara walet mengeram.

Multi media
Di dalam dunia pancing-memancing walet, tak hanya tweeter yang dimodifikasi, tapi juga media penyimpan suaranya. Pada awal perkembangannya sumber suara pemancing berasal dari kaset yang diputar. Sejalan dengan perkembangan teknologi kemudian beralih ke CD, lalu menggunakan USB, dan kini multimedia card (MMC).

MMC yang sebetulnya sudah diperkenalkan sejak 5 tahun lalu, mulai digunakan peternak walet di Jawa dan luar Jawa. MMC memiliki kapasitas suara lebih besar. Ia bisa menyimpan beragam jenis suara dalam satu keping kartu yang sangat kecil. Selain itu lebih awet dibanding media lain. Sayangnya, suaranya tak sejernih CD. CD walet lebih disukai peternak karena suara yang dihasilkan lebih jernih. 'Namun jika diputar nonstop umurnya paling lama 6 bulan,' ujar Ubaidillah.

Sementara alat pemutar atau player dipilih sesuai media penyimpan suara. CPU termasuk player multifungsi karena dapat digunakan untuk CD, USB, maupun MMC. CPU dapat dihubungkan dengan 2 kabel output untuk suara luar dan dalam. Alat ini juga dapat dilengkapi timer alias pengatur waktu sehingga interval pemutaran suara dapat diatur.

'Agar media dan piranti pemutar awet, sebaiknya suara tidak diputar nonstop,' ujar Hary. Di sinilah letak keunggulan timer. Dengan memori hingga 16 perintah, timer dapat digunakan untuk mengatur waktu pemutaran suara sesuai keinginan peternak. Pagi, misalnya, player dinyalakan pukul 06.00-09.00, siang hari 11.00-14.00, dan malam pukul 15.00-20.00.

Tak hanya itu, kini ada CPU pemutar suara walet yang dilengkapi telepon seluler. Dengan kemajuan teknologi itu, peternak yang tinggal jauh dari rumah walet dapat mengetahui gangguan teknis pada player. Misal jika aliran listrik padam sehingga player tidak bekerja, secara otomatis 'telepon CPU' akan menghubungi nomor si empunya. Hubungan telepon itu tidak akan putus sampai si empunya menelepon balik ke nomor tersebut-artinya pemilik menyadari ada masalah dengan player di rumah waletnya. Dengan modifikasi dalam teknologi walet, upaya memancing walet dapat lebih mudah.

Berikut suara panggil :
Nemo V-WK4.mp3, PSSB.mp3, SR-1.mp3, VP-A.mp3.
 
Suara panggil walet lainnya yang cukup populer dikalangan peternak walet, antara lain :
BLACK MAGIC SUPER.mp3, BPS-MASTER.mp3, KEJORA-1.mp3, SUPER A242.mp3, TRACK 3-RAJA.mp3, AX-01.mp3.

Untuk suara inapnya adalah :
BJA SUPER.mp3, INAP VICTORY.mp3.

Adapun bagi yang memakai mesin audio dengan sistem stereo dengan memakai 1 flashdisk atau 1 memory card, silahkan coba pakai suara panggil/inap ini : STEREO VC-A.mp3 atau STEREO VC-B.mp3. Demikian sajian saya kali ini, selamat mencoba dan salam.

Precast Beton dan GRC Cetak

A..Apa itu Precast Beton dan GRC ? 


Precast Beton adalah beton pra - cetak yang di buat di lokasi /workshop dengan ukuran yang sudah ditentukan atau disesuaikan dengan lokasi kerja sehingga bisa menghemat  biaya dan efisien waktu.

GRC (Glassfiber Reinforced Cement )adalah Pada dasarnya hampir sama dengan precast beton hanya di dalamnya tidak ada besi tulangan tetapi menggunakan campuran serat fiber, sehingga menjadikan GRC lebih ringan di banding  precast beton.

B.Proses Pembuatan Precast Beton


Untuk precast beton atau disebut beton pracetak proses pembuatanya dengan menggunakan cetakan sesuai bentuk yang di inginkan, pertama yang disiapkan untuk mencetak beton precast adalah cetakan yang sesuai keinginan dengan menggunakan cetakan.
Untuk mencetak precast beton harus menggunakan bahan dasar pasir yang pilihan kemudian di cuci bersih untuk menghilangkan endapan lumpur, pasir yang telah di cuci dicampur dengan semen sesuai takaran yang diinginkan kemudian di cetak dengan cetakan.Untuk membuat precast beton setelah bahan  tadi di tuangkan maka di tengahnya biberi besi tulangan kemudian tutup kembali dengan adukan semen sesuai ukuran, untuk menghasilkan cetakan yang cepat kering maka diberi bahan pengering.

C.Proses Pembuatan GRC :


Untuk GRC, cara pembuatanya hampir sama dengan precast beton.Pertama siapkan cetakan sesuai dengan design kemudian ambil bahan untuk pembuatan GRC yaitu pasir pilihan, semen ,serat fiber yang telah di potong – potong kira- kira ukuran 5 cm kemudian dicetak.  GRC siap di cetak sesuai design meskipun yang rumit sekalipun tetap bisa di cetak, Meskipun dengan cetakan yang tipis tapi kuat,dan tidak mudah pecah karena strukturnya ulet karena campuran serat fiber.
GRC beratnya lebih ringan karena di dalam cetakan tidak menggunakan besi tulangan tetapi diberi serat fiber maka dari itu bentuknya tipis dan lebih ringan.

D.Perbedaan Precast Beton dan GRC

Precast Beton :
- Lebih berat dan Lebih tebal karena di dalamnya ada besi tulangan / structure
- Stucture
- Tidak memakai serat fiber

GRC (Glassfiber Reinforced Cement ) :
- Lebih ringan karena di dalamnya tidak ada besi tulangan / structure
- Struktur cetakan lebih tipis
- Di dalam nya terdapat serat fiber sehingga lebih ringan dan ulet

E.Keunggulan Menggunakan Precast Beton dan GRC :


- Memudahkan pekerjaan struktur maupun finishing
- Menghemat biaya pekerjaan bangunan sampai dengan 30 % di banding dengan cara konvensional / manual  karena tidak ada pekerjaan ulang
- Beton precast sebelum bangunan didirikan sudah bisa dilihat bentuk atau designnya.
- Bentuk dan ukuran sudah pasti, lebih ringan dan rapi
- Precast beton & GRC tidak perlu memakai begisting lagi
- Bisa di bentuk sesuai design yang kita inginkan

SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM PRACETAK
Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal ini bisa dimaklumi, karena bahan-bahan pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet, mudah dibentuk dan harganya relative terjangkau. Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian dalam sistem beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama dan kurang bersih, control kualitas yang sulit ditingkatkan serta bahan-bahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama semakin mahal dan langka.
Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era ini. Pada dasarnya system ini melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi ) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan system ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi dan pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk yang baik.
Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem dikembangkan di dalam negeri maupun yang didatangkan dari luar negeri. Sistem pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom plat pantai.
PERKEMBANGAN SISTEM PRACETAK DI DUNIA
Sistem pracetak berkembang mula-mula di negara Eropa. Struktur pracetak pertama kali digunakan adalah sebagai balok beton precetak untuk Casino di Biarritz, yang dibangun oleh kontraktor Coignet, Paris 1891. Pondasi beton bertulang diperkenalkan oleh sebuah perusahaan Jerman, Wayss & Freytag di Hamburg dan mulai digunakan tahun 1906. Tahun 1912 beberapa bangunan bertingkat menggunakan system pracetak berbentuk komponen-komponen, seperti dinding .kolom dan lantai diperkenalkan oleh John.E.Conzelmann.
Struktur komponen pracetak beton bertulang juga diperkenalkan di Jerman oleh Philip Holzmann AG, Dyckerhoff & Widmann G Wayss & Freytag KG, Prteussag, Loser dll. Sstem pracetak taha gempa dipelopori pengembangannya di Selandia Baru. Amerika dan Jepang yang dikenal sebagai negara maju di dunia, ternyata baru melakukan penelitian intensif tentang system pracetak tahan gempa pada tahun 1991. Dengan membuat program penelitian bersama yang dinamakan PRESS ( Precast seismic Structure System).
PERKEMBANGAN SISTEM PRACETAK DI INDONESIA
Indonesia telah mengenal system pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an. Sistem pracetak semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti Sistem Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing Wall (1997), Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem Bresphaka (1999) dan sistem T-Cap (2000).
DEFENISI PRECAST CONCRETE ( BETON PRACETAK )
Precast Concrete Beton pracetak adalah suatu metode percetakan komponen secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang.
Precast Concrete atau Beton pra-cetak menunjukkan bahwa komponen struktur beton tersebut : tidak dicetak atau dicor ditempat komponen tersebut akan dipasang. Biasanya ditempat lain, dimana proses pengecoran dan curing-nya dapat dilakukan dengan baik dan mudah. Jadi komponen beton pra-cetak dipasang sebagai komponen jadi, tinggal disambung dengan bagian struktur lainnya menjadi struktur utuh yang terintegrasi.
Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel frabrikasi), maka mutunya dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pra-cetak hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk typical-nya mencapai angka minimum tertentu, sehingga tercapai break-event-point-nya. Bentuk typical yang dimaksud adalah bentuk-bentuk yang repetitif, dalam jumlah besar. 
PERMASALAHAN UMUM PADA PENGEMBANGAN SISTEM PRACETAK
Ada 5 masalah utama dalam pengembangan system pracetak :
1. Kerjasama dengan perencana di bidang lain yang terkait, terutama dengan pihak arsitektur dan mekanikal/elektrikal/plumbing.
2. Sistem ini relative baru
3. Kurang tersosialisasikan jenisnya, produk dan kemampuan system pracetak yang telah ada.
4. Keandalan sambungan antarkomponen untuk system pracetak terhadap beban gempa yang selalu menjadi kenyataan
5. Belum adanya pedoman perencanaan khusus mengenai tata cara analisis, perencanaan serta tingkat kendala khusus untuk system pracetak yang dapat dijadikan pedoman bagi pelaku konstruksi
SISTEM PRACETAK BETON
Pada pembangunan struktur dengan bahan beton dikenal 3 (tiga) metode pembangunan yang umum dilakukan, yaitu system konvensional, system formwork dan system pracetak.
Sistem konversional adalah metode yang menggunakan bahan tradisional kayu dan triplek sebagai formwork dan perancah, serta pengecoran beton di tempat. Sistem formwork sudah melangkah lebih maju dari system konversional dengan digunakannya system formwork dan perancah dari bahan metal. Sistem formwork yang telah masuk di Indonesia, antara lain System Outinord dan Mivan. Sistem Outinord menggunakan bahan baja sedangkan Sistem Mivan menggunakan bahan alumunium.
Pada system pracetak, seluruh komponen bangunan dapat difabrikasi lalu dipasang di lapangan. Proses pembuatan komponen dapat dilakukan dengan kontol kualitas yang baik.
SISTEM KONEKSI
I. SAMBUNGAN
Pada umumnya sambungan – sambungan bias dikelompokkan sebagai berikut :
  1. Sambungan yang pada pemasangan harus langsung menerima beban ( biasanya beban vertical ) akibat beban sendiri dari komponen .
  2. Sambungan yang pada keadaan akhir akan harus menerima beban-beban yang selama pemasangan diterima oleh pendukung pembantu.
  3. Sambungan pada mana tidak ada persyaratan ilmu gaya tapi harus memenuhi persyaratan lain seperti : kekedapan air, kekedapan suara.
  4. Sambungan-sambungan tanpa persyaratan konstruktif dan semata-mata menyerdiakan ruang gerak untuk pemasangan .
II. IKATAN
Cara mengikatkan atau melekatkan suatu komponen terhadap bagian komponen konstuksi yang lain secara prinsip dibedakan sebagai berikut :
A. Ikatan Cor ( In Situ Concrete Joint )
Penyaluran gaya dilakukan lewat beton yang dicorkan
· Diperlukan penunjang / pendukung pembantu selama pemasangan sampai beton cor mengeras
· Penyetelan berlangsung dengan bantuan adanya penunjang / pendukung pembantu. Toleransi penyusutan ‘ diserap ‘ oleh Coran Beton.
B. Ikatan Terapan
Cara menghubungkan komponen satu dengan yang lain secara “lego” (permainan balok susun anak-anak) disebut Iaktan Terapan.
Dimulai dengan cara hubungan “ PELETAKAN “, kemudian berkembang menjadi “ Saling Menggigit “.
· Proses pemasangan dimungkinkan tanpa adanya pendukung / penunjang pembantu.
C. Ikatan Baja
Bahan pengikat yang dipakai : Plat baja dan Angkur. Sistem ikatan ini dapat dibedakan sebagai berikut :
· Menyambung dengan cara di las ( Welded Steel )
· Menyambung dengan Baut / Mur / Ulir ( Corbel Steel )
Catatan :
a. Harga dari profil baja sebagai pengikat tinggi
b. Mungkin dilaksanakan tanpa pendukung / penunjang
c. Harus dilindungi dari : korosi, api dan bahan kimia. Dengan Mortar / In Situ concrete Joint sebagai pelindung / Finishing ikatan.
D. Ikatan Tegangan
Merupakan perkembangan lebih jauh dari ikatan baja dengan memasukan unsure Post Tensioning dalam system koneksi.
· Memerlukan penunjang / pendukung Bantu selama pemasangan
· Perlu tempat / ruang yang relatuf besar untuk Post Tensioning
· Angker cukup mahal 

III. SIMPUL
a. Merupakan kunci dalam struktur yang memakai komponen pra – cetak dan merupakan tempat pertemuan antara 2 atau lebih komponen struktur
b. Secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :
I. Simpul Primer
Pertemuan yang menghubungkan kolom dengan balok dan juga terhadap plat lantai. Disisni beban dari plat akan diteruskan ke pendukung-pendukung vertical.
II. Simpul Pertemuan Kolom
Pertemuan dimana beban-beban vertical dan sesewaktu momen-momen juga disalurkan.
III. Simpul Penyalur Sekunder-Primer ( Pelat Balok )
Untuk menyalurkan beban vertical
IV. Simpul Pendukung sesama Plat / dengan Balok dan Kolom
Untuk menyalurkan beban horizontal dalam bentuk tegangan tekan – tarik dan geser
V. Simpul yang Mampu Menahan Momen
Yang secara statis bisa membentuk komponen pendukung tapi oleh alasan tertentu.
Misal : Transportasi dibuat terdiri dari 2 atau lebih bagian
PEMBUATAN BETON PRACETAK
Proses produksi/pabrikasi beton pracetak dapat dibagi menjadi tiga tahapan berurutan yaitu :
Tahap Design
 Proses perencanaan suatu produk secara umum merupakan kombinasi dari ketajaman melihat peluang, kemampuan teknis, kemampuan pemasaran. Persyaratan utama adalah struktur harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan kestabilan pada masa layannya
Tahap Produksi
Beberapa item pekerjaan yang harus dimonitor pada tahap produksi :
a. Kelengkapan dari perintah kerja dan gambar produk
b. Mutu dari bahan baku
c. Mutu dari cetakan
d. Mutu atau kekuatan beton
e. Penempatan dan pemadatan beton
f. Ukuran produk
g. Posisi pemasangan
h. Perawatan beton
i. Pemindahan, penyimpanan dan transportasi produk
j. Pencatatan ( record keeping )
Tahap produksi terdiri dari :
a. Persiapan
b. Pabrikasi tulangan dan cetakan
c. Penakaran dan pencampuran beton
d. Penuangan dan pengecoran beton
e. Transportasi beton segar
f. Pemadatan beton
g. Finishing / repairing beton
h. Curing beton
Tahap Pascaproduksi
Terdiri dari tahap penanganan ( handling ), penyimpanan ( storage ), penumpukan ( stacking ), pengiriman ( transport dan tahap pemasangan di lapangan ( site erection )
Yang perlu diperhatikan dalam system transportasi adalah :
· Spesifikasi alat transport : lebar, tinggi, beban maks, dimensi elemen
· Route transport : jarak, lebar jalan, kepadatan lalu lintas, ruang bebas bawah jembatan, perijinan dariinstansi yang berwenang.
Pemilihan alat angkut dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
· Macam komponennya : linier atau plat
· Ketinggian alat angkat : berhubungan dengan ketinggian bangunan yang akan dibangun
· Berat komponen : berdasarkan beban maksimum
· Kondisi local : pencapaian lokasi dan topografi
Menurut tempat pembuatan beton pracetak dibagi 2 yaitu :
· Dicor di tempat disebut Cast In Situ
· Dicor di pabrik
Menurut perlakuan terhadap bajanya dibagi 2 yaitu :
· Beton pracetak biasa
· Beton prategang pracetak
Ada 2 prinsip yang berbeda pada beton prategang ;
· Pre-tensioned Prestressed Concrete
· Post-tensioned Prestressed Concrete


Metode Membangun dengan Konstruksi Precast
a. Serangkaian kegiatan yang dilakukan pada proses produksi adalah :
1. Pembuatan rangka tulangan
2. pembuatan cetakan
3. Pembuatan campuran beton
4. Pengecoran beton
5. Perawatan ( curing)
6. Penyempurnaan akhir
7. Penyimpanan
b. Transportasi Dan alat angkut
Transportasi adalah pengangkatan elemen pracetak dari pabrik ke lokasi pemasangan. Sistem transportasi berpengaruh terhadap waktu, efisiensi konstruksi dan biaya transport.
Yang perlu diperhatikan dalam system transportasi adalah :
· Spesifikasi alat transport
· Ronte transport
· Perijinan
Alat angkat yaitu memindahkan elemen dari tempat penumpukan ke posisi penyambungan ( perakitan ).
Peralatan angkat untuk memasang beton pracetak dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Keran mobile
2. Keran teleskopis
3. keran menara
4. Keran portal
c. Pelaksanaan Konstruksi ( Ereksi )
Metode dan jenis pelaksanaan konstruksi precast diantaranya adalah :
a) Dirakit per elemen
b) Lift – Slab system
Adalah pengikatan elemen lantai ke kolom dengan menggunakan dongkrak hidrolis.
Prinsip konstruksinya sebagai berikut :
· Lantai menggunakan plat-plat beton bertulang yang dicor pada lantai bawah
· Kolom merupakan penyalur beban vertical dapat sebagai elemen pracetak atau cor di tempat.
· Setelah lantai cukup kuat dapat diangkat satu persatu dengan dongkrak hidrolis.
c)Slip – Form System
Pada system ini beton dituangkan diatas cetakan baja yang dapat bergerak memanjat ke atas mengikuti penambahan ketinggian dinding yang bersangkutan.
d) Push – Up / Jack – Block System
Pada system ini lantai teratas atap di cor terlebih dalu kemudian diangkat ke atas dengan hidranlic – jack yang dipasang di bawah elemen pendukung vertical.
e) Box System
Konstruksi menggunakan dimensional berupa modul-modul kubus beton.
PRINSIP KONSTRUKSIONAL
Berikut prinsip-prinsip yang dapat diterapkan untuk desain struktural :
  1. Struktur terdiri dari sejumlah tipe-tipe komponen yang mempunyai funfgsi seperti balok, kolom, dinding, plat lantai dll
  2. Tiap tip[e komponen sebaiknya mempunyai sedikit perbedaan
  3. Sistem sambungan harus sederhana dan sama satu dengan yang lain, sehingga komponen-komponen tersebut dap[at dibentuk oleh metode yang sama dan menggunakan alat Bantu yang sejenis
  4. Komponen harus mampu digunakan untuk mengerjakan beberapa fungsi
  5. Komponen-komponenharus cocok untuk berbagai keadaan dan tersedia dalam berbagai macam-macam ukuran produksi
  6. Komponen –komponen harus mempunyai berat yang sama sehingga mereka bias secara hemat disussun dengan menggunakan peralatan yang sama
Ada tiga macam konstruksi prefabrikasi :
1. Pembuatan didalam sebuah pabrik, dimana komponen-komponen mudah untuk dibuat dan nyaman untuk pengangkutan
2. Pembuatan pada site dengan menggunakan alat-alat6 mekanik
3. Rangkaian dari komponen dirakit ke dalam komponen-komponen yang lebih luas
KLASIFIKASI SISTEM PRECAST COCRETE
Sistem pracetak dibagi menjadi dua kategori yaitu :
a. sebagai Komponen Struktur
· Tiang pancang beton dan system sambungan
Ada beberapa bentuk dari tiang pancang. Bentuk yang paling umum adalah persegi massif, karena paling mudah dibuat. Varian lain adalah bentuk bulat berongga (spinning) dalam cetakan yang berbentuk bulat.
· Pelat Lantai Pracetak
Pada tahun 1984, komponen pracetak lantai mulai dikenal di Indonesia pada pembangunan menara BDNI. Bentuk yang umum digunakan adalah pelat prategang berongga (hollow core slab).
· Girder jembatan dan Jalan Layang
Komponen ini sangat popular karena jelas lebih mudah bibandingkan struktur baja. Varian pertama berbentuk void slab, dengan system prategang pratarik, varian berbentu I , dengan system prategang pascatarik, varian berbentuk Y, varian berbentuk box dengan system prategang pascatarik.
· Turap
Adalah struktur geoteknik yang fungsinya menanam perbedaan tinggi tanah, misalnya pada struktur galian, kolam atau timbunan.
· Bantalan Rel
Sejak jaman Belanda bahan kayu popular digunakan unytuk bantalan rel.
b. Sebagai system struktur
· Sistem Waffle Crete (1995)
Sistem ini termasuk katagori system dinding pemikul dengan komponen pracetak berupa panel lantai dan panel dinding beton bertulang yang disambung dengan baut baja.
· Sistem Column-Slab (1996)
Keunggulan system ini terletak pada perencanaan struktur elemen dan kepraktisan pemasangannya. Pemasangan ini sangat cepat yaitu dua hari perlantai bangunan.
· Sistem L Shape Wall (1996)
Komponen utamanya adalah dinding pracetak beton bertulang L, yang berfungsi juga sebagi dinding pemikul.
· Sistem All Load Bearing Wall (1997)
 Komponen pracetaknya adalah komponen dinding dan lantai beton bertulang massif setebal 20 cm, merupakan system dinding pemikul.
· Sistem Bangunan Jasubakim (1998)
Sistem ini termasuk kategori system pracetak komposit hybrid berbentuk langka. Sistem ini mengkombinasikan monolit konversional, formwork dan pracetak. Komponen pracetak ini selain bersifat struktur juga berfungsi sebagai formwork dan perancah untuk beton cor di tempat.
· Sistem Bresphaka(1999)
Ciri khas system ini adalah menggunakan bahan beton ringan untuk komponen kolom dan balok.Bahan beton ringan utamanya adalah agregat kasar yang terbuat dari bahan abu terang. Ciri khas yang lain adalah kolom berbentuk T serta komponen lainnya adalah balok dan pelat.
· Sistem, Cerucuk Matras Beton
Solusinya dengan menggunakan system cerucuk matras beton yang dapat dipasang sedalam yang direncanakan dengan melakuakn penyambungan, sehinnga dapat diperoleh daya dukung, penurunan dan tingkat kestabilan yang diinginkan.
KOMPONEN STRUKTUR YANG SERING DIGUNAKAN
Ada beberapa tipe Precast Concrete yang sering digunakan saat ini,yaitu sebagai berikut :
A. Pelat lantai pre-cast (hollow-core slab)
Penggunaan produk precast concrete sebagai pelat lantai, relatif sudah banyak dijumpai disini. Dengan digunakan precast maka pemakaian bekisting dan perancah akan berkurang drastis sehingga dapat menghemat waktu pelaksanaan. Salah satu produk precast untuk lantai adalah adalah precast hollow core slab.
Sistem precast hollow core slab menggunakan sistem pre-tensioning dimana kabel prategang ditarik terlebih dahulu pada suatu dudukan khusus yang telah disiapkan dan kemudian dilakukan pengecoran. Oleh karena itu pembuatan produk precast ini harus ditempat fabrikasi khusus yang menyediakan dudukan yang dimaksud. Adanya lobang dibagian tengah pelat secara efektif mengurangi berat sendirinya tanpa mengurangi kapasitas lenturnya. Jadi precast ini relatif ringan dibanding solid slab bahkan karena digunakannya pre-stressing maka kapasitasnya dukungngya lebih besar.
Keberadaan lobang pada slab tersebut sangat berguna jika diaplikasikan pada bangunan tinggi karena mengurangi bobotnya lantai. Bayangkan saja, untuk solid slab, tebal 120 mm saja maka beratnya adalah sekitar 288 kg/m2 hampir sama dengan berat beban hidup rencana untuk kantor yaitu 300 kg/m2. Padahal kontribusi kekuatan pelat hanya untuk mendukung pembebanan tetap saja (DL + LL). Bahkan karena beratnya tersebut akan menjadi penyumbang utama besarnya gaya gempa. Jadi jika berat lantai berkurang maka beban gempa rencananya juga kurang. Dengan demikian penggunaan lantai precast yang ringan juga mengurangi resiko bahaya gempa.
B. Dinding Luar ( Skin-wall )
Industri konstruksi semakin bergairah dengan adanya produk precast concrete yang dapat dipasang cepat dan kualitasnya sangat baik. Tidak hanya dari sisi struktur, yaitu kekuatan dan kekakuannya saja, tetapi juga dari sisi arsitekturalnya yaitu penampakan luar (keindahan). Oleh karena itu, arsitek yang berorientasi maju pasti akan memikirkan alternatif pemakaian produk precastuntuk bangunan rancangannya.
Bagaimana tidak, dengan digunakannya precast maka semua komponen yang seharusnya dikerjakan di atas bangunan sehingga susah dijangkau arsitek untuk diawasi maka dapat dilakukan di bawah sehingga si arsitek dengan leluasa mengawasi kualitas produk yang akan dipasangnya. Kecuali itu, umumnya produk precast adalah untuk komponen-komponen yang berulang (repetitif) sehingga prosesnya seperti halnya industri pada umumnya, dibuat satu dulu sebagai contoh, jika memuaskan akan dikerjakan lainnya dengan kualitas yang sama.
Untuk produk precast, yang sangat berperan adalah teknology yang digunakannya. Siapa yang membuatnya. Tidak hanya perencanaannya saja yang harus bagus tetapi juga perlu pelaksanaan yang baik. Precast for finishing, yang diperuntukkan untuk keindahan, yang terlihat dari luar untuk ditampilkan, jelas lebih sulit dibanding produk precast yang sekedar untuk komponen struktur saja. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan, misalnya : ketahanan terhadap cuaca (tidak retak, keramik lepas atau berubah warna), kebocoran terhadap air hujan (teknologi karet sealant, seperti yang terpasang pada pintu mobil), presisi yang tinggi, juga detail yang benar dari takikan-takikan yang dibuat agar air yang menimpanya selama bertahun-tahun tidak meninggalkan jejak yang terlihat dari luar, juga detail sambungan dengan bangunan utamanya, bagaimana mengantisipasi deformasi bangunan yang timbul ketika ada gempa dll-nya tanpa mengalami degradasi kinerja dan lainnya. Oleh karena itulah perusahaan precast untuk keperluan finishing yang sukses di Jakarta tidaklah banyak.
C. Komponen Tangga Precast Stair )

D. Transportasi Jalan Raya ( Road Transportation )
· Transportasi jalan raya sangat cocok untuk skala pembangunan dengan site yang luas
· Sangat tergantung pada persyaratan legal Negara setempat khususnya dalam persyaratan : lebar, ketinggian, panjang dan beban objek yang diangkut
· Desain yang dibuat harus mempertimbangkan keadaan ini. Apabila komponen tidak memenuhi maka ia membutuhkan biaya tambahan dalam kesulitan transportasi disamping membutuhkan pengawalan khusus petugas jalan raya
· Panjang maximum unit precast yang diisyaratkan dalam satu angkutan tidak melebihi 30 m
· Transportasi angkutan yang rendah ( biasanya untuk panel dinding dan lantai memiliki kemampuan angkut 250 ton
· Untuk objek angkut panel dinding dan lantai sangat cocok menggunakan kendaraan yanmg dilengkapi dengan kerangka khusus yang dapat mendukung dan melindungi objek angkut.
· Untuk objek yang panjang dan beban yang lebih besar dapat menggunakan dua gerobak yang dihubungkan oleh beton precast itu sendiri
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PRECAST CONCRETE
Prinsip dari sistem pracetak ini adalah dicetak atau dicor terlebih dahulu sebelum di install. Berbicara tentang sistem precast maka hal pertama untuk dijadikan pertimbangan memakai sistem ini adalah bentuk yang tipikal dan jumlah yang banyak. Contoh pekerjaan yang sering dibuat menggunakan sistem precast antara lain, saluran air, balok, anak tangga dan pekerjaan - pekerjaan yang sifatnya berulang dan banyak.
Keuntungan menggunakan sistem pracetak antara lain waktu yang lebih efisien, memang sangat efisien jika jenis pekerjaannya tipikal. Sementara pekerjaan precast disiapkan kita bisa bekerja untuk bagian yang lain. Selain memiliki kelebihan sistem ini juga memiliki kekurangan, antara lain system precast memerlukan analisa yang lebih rumit dibanding dengan cetak langsung ditempat. Kita harus memperhitungkan sistem sambungan, pertemuan tulangan apakah sudah memenuhi panjang penyaluran atau belum serta saat perencanaan sudah harus memikirkan lokasi pembuatan sistem pengangkutan dan sistem istallasi.
a. Keuntungan Beton Pracetak
· Pengendalian mutu teknis dapat dicapai, karena proses produksi dikerjakan di pabrik dan dilakukan pengujian laboratorium
· Waktu pelaksanaan lebih singkat
· Dapat mengurangi biaya pembangunan
· Tidak terpengaruh cuaca
b. Kendala Precast
  • Membutuhkan investasi awal yang besar dan teknologi maju
  • Dibutuhkan kemahiran dan ketelitian
  • Diperlukan peralatan produksi ( transportasi dan ereksi )
  • Bangunan dalam skala besar
  •  
METODE MEMBANGUN DENGAN KONSTRUKSI PRECAST
a. Serangkaian kegiatan yang dilakukan pada proses produksi adalah :
1. Pembuatan rangka tulangan
2. pembuatan cetakan
3. Pembuatan campuran beton
4. Pengecoran beton
5. Perawatan ( curing)
6. Penyempurnaan akhir
7. Penyimpanan
b. Transportasi dan Alat Angkut
Transportasi adalah pengangkatan elemen pracetak dari pabrik ke lokasi pemasangan. Sistem transportasi berpengaruh terhadap waktu, efisiensi konstruksi dan biaya transportasi.
Yang perlu diperhatikan dalam system transportasi adalah :
· Spesifikasi alat transport
· Ronte transport
· Perijinan
Alat angkat yaitu memindahkan elemen dari tempat penumpukan ke posisi penyambungan ( perakitan ).
Peralatan angkat untuk memasang beton pracetak dapat dikategorikan sebagai berikut :
· Keran mobile
· Keran teleskopis
· keran menara
· Keran portal
c. Pelaksanaan Konstruksi ( Ereksi )
Metode dan jenis pelaksanaan konstruksi precast diantaranya adalah :
1. Dirakit per elemen
2. Lift – Slab system
Adalah pengikatan elemen lantai ke kolom dengan menggunakan dongkrak hidrolis.
Prinsip konstruksinya sebagai berikut :
· Lantai menggunakan plat-plat beton bertulang yang dicor pada lantai bawah
· Kolom merupakan penyalur beban vertical dapat sebagai elemen pracetak atau cor di tempat.
· Setelah lantai cukup kuat dapat diangkat satu persatu dengan dongkrak hidrolis.
c) Slip – Form System
Pada system ini beton dituangkan diatas cetakan baja yang dapat bergerak memanjat ke atas mengikuti penambahan ketinggian dinding yang bersangkutan.
f) Push – Up / Jack – Block System
Pada system ini lantai teratas atap di cor terlebih dalu kemudian diangkat ke atas dengan hidranlic – jack yang dipasang di bawah elemen pendukung vertical.
g) Box System
konstruksi menggunakan dimensional berupa modul-modul kubus beton.
METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN
Bentuk dan jenis sambungan merupakan bagian penting pada konstruksi beton precast. Pada sambungan basah, penyambungan dilakukan dengan cara grouting atau pengecoran di tempat. Penyambungan ini bertujuan mendapatkan kekuatan sambungan balok-balok beton pracetak dengan pembebanan statis dan kemampuan struktur yang disambung untuk meredam gaya luar yang bekerja dari pengujian dinamis. Metode penyambungan elemen beton pracetak menggunakan bahan beton polimer dengan kecepatan pengeringan 15 menit. Dengan metode ini kecepatan kostruksi struktur pracetak akan lebih cepat dibanding dengan cor di tempat. Selain itu mutu material elemen struktur menggunakan beton pracetak akan lebih baik.
Untuk mendapatkan struktur beton pracetak yang mempunyai redaman yang besar, maka sambungan elemen beton pracetak mempunyai konfigurasi tulangan pada sambungan
yang tidak kaku. Pada sambungan tipe-A, tulangan tengah tidak disambung tetapi ditekuk 45o ke arah pusat sambungan. Tipe ini mempunyai daya redam yang besar daripada sambungan tipe-B yang seluruh tulangan utamanya diteruskan. Metode ini dapat diperluas dengan meneliti sambungan kolom-balok, kolom-kolom, dan kolom-fondasi.
Selain itu jenis sambungan dapat menggunakan sambungan kering yang menggunakan baut atau sistem las.

BEBERAPA PRINSIP CARA PEMASANGAN (ERECTION )
1. Cara pemasangan perbagian ( vertical )
· Dilakukan trave per trave
· Cocok untuk bangunan dengan luas lantai besar
· Perlu landasan yang cukup kuat, Mobil crave bias bergerak memenuhi jarak jangkau
· Lengan momem untuk crane tidak terlalu besar sehingga berat komponen lebih leluasa
· Biasanya untuk 3-5 tingkat
2. Cara pemasangan perlapis ( horizontal )
· Dilakukan lantai perlantai
· Perlu alat pengangkat yang dapat mencari seluruh bagian bangunan
· Karena besarnya momen crane, berat komponen terbatas terutama palt lantai
· Crane yang biasa digunakan Tower CXrane Putar
· Diperlukan penunjang kolom selama pemasangan
3. Cara pemasangan Lift Slab
· Kolom menerus pelat lantai di cor satu diatas yang lain
· Alat pengangkat Hidraulis
· Perlu pasak untuk pengunci dalam pemasangan
4. Cara Pemasangan Jack Block
· Lantai teratas disiapkan diatas permukaan tanah Hidraulis Jack dipasang di bawah komponen pendukung vertical
· Dengan mengatur secara berganti penggunaan hydraulic Jack dan penempatan penunjang ( dari blok beton ) seluruh komponen diangkat ke atas
· Setelah mencapai ketinggian lantai yang diinginkan, lantai berikutnya dipersiapkan di permukaan tanah
· Demikian seterusnya
5. Cara Pemasangan Kombinasi
· Penggunaan cara pemasangan dengan berbagai cara
Ini cara yang paling lazim