Suara Undang Walet Jarak Jauh


Sebelum saya menjelaskan bagaimana cara beternak burung walet, alangkah baiknya kita mengenal dulu ciri-ciri, jenis-jenis, dan sifat-sifat yang dimiliki burung walet.
Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap. Terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang. Sayapnya berbentuk sabit yang sempit dan runcing. Sayap walet sangat kuat. Kakinya sangat kecil sehingga burung jenis ini tidak pernah hinggap di pohon. Paruhnya sangat kecil. Walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap. Walet menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berkembang biak.

JENIS - JENIS WALET

Ada beberapa jenis walet yang dikenal di Indonesia yang dapat menghasilkan sarang. Namun, tidak semua sarang yang dihasilkan bisa dikonsumsi dan memiliki khasiat. Karena kondisi lingkungan yang cocok, Indonesia memiliki enam jenis walet. Beberapa jenis tersebut dapat dibedakan berdasarkan ukuran tubuh, suara, warna bulu, tingkah laku dalam membuat sarang, dan bahan yang digunakan dalam membuat sarang. Karena burung walet gemar terbang melayang di udara, burung walet sering disebut burung layang-layang.
Banyak orang berpendapat, bahwa burung sriti adalah burung layang-layang. Burung sriti yang bersarang di rumah dan sarangnya dapat dimanfaatkan untuk menetaskan telur walet. Semula, burung ini dianggap anak jenis dari walet sapi karena sepintas hampir sama. Bulu badan bagian atas sriti berwarna hitam kehijauan mengkilat dan tidak memiliki bulu kecil di atas ibu jari kakinya. Sedangkan walet sapi, bulu penutup tubuhnya berwarna hitam kebiruan mengkilat dan di atas jari kakinya terdapat bulu kecil.
Semua jenis walet memiliki bentuk tubuh yang hampir sama. Burung walet lebih suka menggantung pada batu-batu karang dengan menggunakan cakarnya yang tajam dan bersarang di gua-gua atau langit-langit rumah. Oleh karena kebiasaannya hinggap di langit-langit rumah, orang “menjaringnya” agar burung ini mau bersarang di rumah yang didirikan.

Berikut ini adalah jenis-jenis walet yang ada di Indonesia :
a. Walet putih
Walet putih, disebut demikian karena menghasilkan sarang berwarna putih. Bulu walet ini berwarna cokelat kehitam-hitaman dengan bulu bagian bawah keabu-abuan atau cokelat. Bulu ekor sedikit bercelah. Suaranya melengking tinggi. Termasuk walet berukuran sedang dengan panjang tubuh sekitar 12 cm. Mata berwarna cokelat gelap, paruh hitam, dan kaki hitam.
Sayap walet ini lebih kaku dan terbangnya juga lebih kuat. Bila ia mencari makan jarang berputar-putar di tempat yang rendah. Walet putih lebih suka mencari makan dekat pohon-pohon tinggi yang banyak terdapat serangga kecil. Juga sering terlihat meluncur ke dalam air untuk mandi dan minum, lantas terbang lagi.di alam, sarangnya terletak di celah-celah batu karang, atau gua kapur yang sulit dicapai. Sarang tersebut seluruhnya terbuat dari air liur sehingga harganya mahal dan sering dicari pemetik sarang burung. Telur berwarna putih, berbentuk memanjang. Biasanya hanya bertelur dua butir. Walet putih bersarang secara musiman, tergantung pada tempat bersarang yang dipilihnya.

b. Walet besar
Jenis walet ini berwarna hitam dengan bulu bagian bawah cokelat gelap. Bulu ekor agak bercelah. Suaranya keras dan berderik. Merupakan jenis walet yang berukuran paling besar dibandingkan dengan jenis walet lainnya. Panjang tubuhnya sekitar 16 cm.
Karena sayap dan badannya lebih besar, walet ini dapat terbang lebih tinggi dan lebih cepat. Ketika terbang, ia memangsa serangga-serangga kecil yang menjadi makanannya. Walet besar lebih suka bersarang pada lubang-lubang batu (gua kecil), atau pada celah-celah batu dekat air terjun. Sarangnya tidak dapat dimakan. Sarang ini berbentuk mangkok, terbuat dari campuran akar-akaran, lumut, dan serat-serat. Dibandingkan dengan walet jenis lain, sarang walet besar termasuk kotor dan semrawut. Jika bertelur biasanya hanya sebutir. Warna telur putih, bentuknya agak lonjong. Pada bulan November dan Desember walet besar biasanya memasuki musim bersarang.

c. Walet sarang hitam
Warna bulu walet ini cokelat kehitam-hitaman dengan bulu ekor cokelat kelabu. Bulu ekor bercelah sedikit. Walet ini kakinya berbulu merata. Dalam hal ukuran tubuh, ia termasuk berukuran sedang. Panjang tubuhnya sekitar 12 cm. Jika dilihat sepintas, penampilannya sangat mirip walet putih. Mata berwarna cokelat tua, paruh hitam, dan kaki hitam. Tidak seperti walet lain, jenis ini suaranya terdengar mencicit. Walet ini juga memakan serangga-serangga kecil yang disambarnya ketika terbang. Untuk lokasi sarang, lebih meyukai pada gua-gua kapur. Sarangnya disebut sarang hitam karena air liur untuk membuat sarang bercampur dengan bulu-bulu tubuhnya yang berwarna hitam. Bila bertelur hanya sebuah. Warna telurnya putih, berbentuk memanjang. Musim kawinnya sama dengan walet putih. Seperti halnya walet putih, walet sarang hitam juga lebih mudah untuk dibudidayakan dibandingkan dengan jenis walet lainnya.

d. Walet gunung
Warna burung ini hitam, tetapi warna ekornya abu-abu kehitaman. Bulu ekor bercelah dalam. Kakinya sedikit berbulu atau tidak berbulu sama sekali. Suaranya khas suara burung walet yang berderik. Ukuran tubuhnya tergolong besar. Panjang tubuhnya sekitar 14 cm. burung ini terbang berkelompok dengan cepat di dekat tebing atau puncak gunung. Serangga-serangga kecil makanannya disantap ketika terbang. Sarang dibuat di celah-celah batu. Biasanya sarang dibangun pada bekas kawah pegunungan. Karena terbuat dari rumput-rumputan dan hanya sedikit atau tidak ada air liur pada bahan sarangnya, maka sarang walet gunung tidak dapat dimakan. Pada musim kawin, biasanya bertelur dua butir.

e. Walet sarang lumut
Bulu burung ini berwarna cokelat kehitam-hitaman, tetapi warna ekor lebih gelap. Ekornya hanya sedikit bercelah. Dilihat dari jauh, penampilannya mirip dengan walet putih. Suara melengking tinggi. Tubuhnya berukuran sedang. Panjang tubuhnya sekitar 12 cm.
Jenis walet ini jarang dikenal orang karena sulit ditemui. Sarangnya dibangun pada bagian-bagian gua yang lebih dalam dan sangat sukar untuk dicapai. Kuat terbang jauh dan tinggi. Jarang sekali terbang berputar-putar rendah dekat permukaan tanah. Sambil terbang ia langsung memangsa serangga-serangga kecil. Sarangnya bagus dengan permukaan yang halus dan bentuknya lebih bundar. Lumut digunakan untuk tambahan sarang sehingga sarangnya disebut sarang lumut.

f. Walet sapi
Walet ini berbulu hitam kebiru-biruan dengan warna yang mengkilat. Bulu bagian bawah kelabu gelap, bagian perut agak putih. Ekornya sedikit bercelah. Merupakan jenis walet yang berukuran paling kecil. Panjang tubuhnya hanya sekitar 10 cm. Mata berwarna cokelat gelap, paruh hitam, dan kaki hitam. Suaranya melengking tinggi. Habitatnya meliputi semua ketinggian permukaan, baik pada padang rumput berpohon terbuka atau hutan.
Walet ini jika terbang berkelompok, tetapi tidak beraturan. Walet sapi tidak kuat terbang jauh. Biasanya terbang rendah hanya berputar-putar di dekat permukaan tanah atau sungai untuk mandi dan minum. Bila mencari makan, sering mengitari pohon-pohon besar dan tinggi yang banyak serangganya, terutama tawon kecil. Sarangnya berbentuk tidak beraturan, terdiri dari campuran lumut dan rumput yang direkatkan dengan air liurnya. Pada celah gua yang terang, celah batu walet sapi dapat bersarang. Bila bertelur biasanya hanya dua butir. Telurnya berwarna putih dan agak lonjong. Walet sapi bersarang tidak tergantung pada musim, ia bisa bersarang sepanjang tahun.

SIFAT-SIFAT WALET
Pada habitat aslinya walet ditemukan bersarang di gua-gua yang terpencil. Umumnya, gua itu di tebing-tebing yang curam dekat laut lepas. Di sekitar gua biasanya dikitari oleh hutan lebat. Walet lebih suka bila daerah itu memiliki perairan (sungai atau danau), padang rumput, dan pepohonan yang tinggi dan rimbun. Pada daerah seperti ini, banyak terdapat serangga-serangga kecil yang merupakan makanan walet. Di Indonesia, walet terdapat hampir di seluruh provinsi. Walet tidak menyukai daerah-daerah yang tandus. Walau terbangnya tinggi, walet tidak menyukai daerah dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut.
Untuk lokasi sarang walet sangat memerlukan tempat yang lembab. Kelembaban ruang yang dibutuhkan sekitar 85-95%. Suhu ruangan yang cocok untuk walet antara 25–29 0C. Walet menginginkan lokasi yang tenang, aman, dan belum tercemar oleh polusi udara. Walet merupakan burung yang hidup secara berkelompok. Walaupun anggota suatu kelompok dapat pindah ke kelompok lain, tetapi tidak ada walet yang hidup memisahkan diri dari lainnya. Jumlah anggota suatu kelompok walet berbeda-beda, tergantung besar kecilnya tempat tinggal. Semakin besar tempat tinggal walet, maka semakin besar pula anggota kelompoknya.
Dalam suatu rumah atau gua dapat dihuni oleh beberapa kelompok. Walet berkelompok dalam segala kegiatan hidup. Mereka berkelompok antara lain untuk berburu serangga bersama ke hutan. Pagi hari berangkat bersama dan sore hari pulang bersama kembali. Suatu kelompok walet akan membangun sarang-sarang secara berdekatan pada tempat tinggalnya. Tidak pernah dalam suatu rumah walet terjadi perselisihan antar kelompok. Walaupun hidup berdesak-desakan di satu tempat, walet tidak saling mengusik walet lainnya.

Setelah seharian mencari makan, walet pulang dan langsung beristirahat di sarang. Kalau biasanya walet terbang lurus sewaktu berburu, maka sewaktu pulang ke rumahnya walet akan terbang berputar-putar mengelilingi rumah. Pada musim membuat sarang dan bertelur, walet pulang lebih cepat dari hari biasa. Walet memang tipe burung yang memiliki sifat pulang kandang. Walet terikat pada tempat tinggalnya dan senantiasa akan pulang ke tempat itu lagi selama keadaan tempat sesuai dan aman.
Walet menyukai tempat tinggal yang gelap. Lebih-lebih lagi bila sinar matahari yang masuk sangat sedikit. Ini sesuai dengan habitat walet asli di dalam gua yang teduh dan gelap. Tidak seperti binatang lainnya, walet tidak mempunyai kesulitan dengan kegelapan di sekitar sarangnya. Untuk mengatasi keadaan yang gelap ini walet tidak mengandalkan panca indera matanya. Walet menggunakan sistem pantulan suara sebagai alat pengukur jarak (ekholokasi). Biasanya, walet pulang sesudah senja hari dan keadaan tempat tinggal mereka saat itu sangat gelap. Untuk mengetahui dengan tepat posisi sarang, mereka mengeluarkan suara melengking. Suara yang dipantulkan kembali oleh dinding rumah tempat mereka bersarang, menuntun mereka untuk mengetahui lokasi dalam ruangan. Itulah sebabnya walet dapat masuk ke dalam gua yang gelap tanpa kesulitan di malam hari. Ada juga kekecualian. Jenis walet besar dan walet sapi tidak menggunakan ekholokasi. Keadaan ini berlaku untuk walet yang bertempat tinggal di tempat yang cukup terang.
Sarang walet dibuat pada waktu malam setelah pulang. Sarang tidak dibuat sendiri-sendiri. Kedua pasangan walet, jantan dan betina, bekerja sama memoleskan air liurnya membentuk sarang. Pada kerongkongan walet terdapat sepasang kelenjar saliva yang dapat menghasilkan air liur. Pekerjaan membangun sarang dilakukan terus menerus setiap hari. Proses pembentukan hingga sebuah sarang selesai memerlukan waktu 40–80 hari. Bila makanan walet berupa serangga banyak terdapat dan tidak pada musim bertelur, waktu yang dibutuhkan sekitar 40 hari. Akan tetapi pada saat musim bertelur, waktunya bisa dua kali lebih lama yaitu sampai 80 hari.

Di luar musim bertelur, ukuran sarang lebih kecil. Bentuk sarang kurang bagus dan tidak beraturan. Sarang ini dibuat hanya sebagai tempat istirahat. Sebaliknya, sarang yang di buat pada musim bertelur berukuran lebih besar dan bentuknya lebih bagus. Pada saat ini, sarang digunakan selain untuk beristirahat juga untuk mengerami telur dan membesarkan anak walet. Apabila sarang diambil pada musim bertelur, walet akan segera membangun sarang baru kembali. Sarang baru dibuat dalam waktu lebih cepat dari pada pembuatan sarang yang telah diambil. Pengambilan sarang sebaiknya jangan beruntun. Pengambilan sarang secara beruntun dalam waktu musim bertelur akan merugikan. Walet akan kehilangan rasa aman. Apalagi bila orang yang memetik sarang melakukannya ketika walet sudah pulang dan tengah beristirahat atau mengerami telur.
Pada musim kawin, walet akan saling mencari jodoh dengan jalan berkejar-kejaran di udara. Ini bisa dilakukan sewaktu walet berburu serangga. Jantan dan betina akan terbang tinggi saling berkejaran. Pasangan walet yang terbentuk segera mencari tempat yang cocok untuk membangun sarang. Walet kawin setelah sarang yang dibuat bersama-sama terbentuk dengan bagus dan cukup besar. Proses perkawinan bisa berlangsung 5-8 hari, setelah itu barulah si betina akan segera bertelur. Biasanya walet hanya bertelur dua butir. Pengeraman telur juga dilakukan bersama-sama, jantan dan betina akan mengerami telur bergantian sampai saatnya menetas.

Anak walet disuapi dari makanan yang dikeluarkan dari paruh induknya. Makanan ini dapat dicerna oleh bayi walet karena sebelumnya telah dilumatkan oleh induknya. Dalam seminggu, anak walet sudah mulai tumbuh bulu sayapnya. Setelah bulu sayap tumbuh, disusul dengan tumbuhnya bulu punggung. Barulah seluruh bulu tubuh walet bermunculan. Pada umur 45 hari setelah menetas, walet sudah kuat terbang untuk mencari makan sendiri. Seperti burung pemakan serangga umumnya, paruh walet berbentuk segitiga.
Makanan walet terdiri dari serangga-serangga yang biasa menjadi hama bagi tanaman yang dibudidayakan. Serangga-serangga makanan walet antara lain jenis-jenis wereng, kumbang, belalang kecil, laron, semut bersayap, hama putih padi, penghisap batang padi, dan sundep. Secara tak langsung walet merupakan musuh biologi hama tanaman tadi sehingga dapat mengurangi kerugian usaha budidaya tanaman. Dengan demikian walet berjasa bagi usaha pertanian di sekitarnya.

Puluhan juta Rupiah dikeluarkan, dan bahkan sampai ratusan juta Rupiah demi memikat agar Burung walet mau bersarang/ bertempat tinggal di dalam gedung walet/ rumah walet tersebut. Setelah Pembangunan Gedung selesai dilakukan, berbagai cara-pun dilakukan demi menambah daya pikat Rumah walet, gedung walet tersebut dilakukan. Diantaranya
memberikan Cairan perangsang/ pemikat pada rumah atau gedung walet, memasang suara walet sebagai sarana pemanggil walet agar datang berkunjung dan menginap serta bertempat tinggal di rumah atau gedung walet tersebut.

Bermacam jenis Aroma Cairan, suara walet sebagai pemanggil-pun bermunculan,

1. Diantara jenis suara walet terbut ada jenis suara luar / suara walet luar gedung seperti: 
        green wave luar,
        platinum luar,
        tiger suara luar,
        suara walet putih luar,
        red wave luar,
        selir walet luar,

2. ada juga suara walet dalam gedung seperti:
        green wave dalam,
        platinum dalam,
        tiger suara dalam,
        red wave dalam,

3. suara inap / suara walet inap seperti:
        walet inap dalam,  

4. suara Olympus
5. suara apollo
6. suara venus
7. suara jaguar

SUARANYA BISA TERDENGAR LEBIH JAUH. ITULAH SEPENGGAL KALIMAT IKLAN PRODUK TELEVISI BERTEKNOLOGI SUARA BAZOOKA BEBERAPA TAHUN LALU. UNGKAPAN ITU PAS MENGGAMBARKAN TEMUAN BARU TWEETER RUMAH WALET YANG DAPAT MEMANCARKAN SUARA JAUH: TWEETER BAZOOKA.

Tweeter berbentuk tabung layaknya meriam itu mulai dilirik peternak Collocalia fuciphaga di tanahair seperti Pontianak, Kalimantan Barat, dan Surabaya, Jawa Timur. Pun peternak di Malaysia dan Vietnam. Musababnya tweeter baru ini selain berfungsi memancing walet juga ramah lingkungan. Tidak menimbulkan suara bising yang mengganggu penduduk sekitar rumah si liur emas.

Tweeter konvensional bertipe corong disinyalir cukup menimbulkan gangguan. Tiga tahun lalu di sentra walet di Sedayu, Gresik, Jawa Timur, sekelompok masyarakat sampai mendatangi sebuah rumah walet akibat bunyi tweeter yang tak putus-putus sepanjang hari. 'Mereka terganggu karena suara tweeter corong menyebar sampai pemukiman warga,' ujar Ubaidillah Thohir, praktisi walet di Gresik. Beruntung masalah ini bisa diselesaikan dengan damai. Itu tak bakal terjadi jika menggunakan tweeter bazooka.

Jarak jauh
Tweeter bazooka tak hanya memfokuskan suara ke satu titik, tapi juga dapat memancarkan gema suara lebih jauh. Tweeter konvensional menjangkau jarak sekitar 100 m. 'Bahkan bisa lebih pendek, hanya 50 m, kalau terhalang gedung-gedung walet lain seperti di sentra walet Sedayu,' ujar Ubaidillah.

Tweeter bazooka dibuat dengan cara memodifikasi moncong tweeter konvensional. 'Jika moncong tweeter dimodifikasi lebih panjang, frekuensi makin rendah dan gelombang suara makin panjang sehingga suara dapat terdengar lebih jauh,' ujar Hary K Nugroho, konsultan walet di Kelapagading, Jakarta Utara. Tak hanya itu, kelebihan tweeter bazooka mempunyai daya sampai 100 watt; tweeter konvensional berdaya 1 watt. Itu artinya kekuatan suara tweeter bazooka jauh lebih tinggi, menjangkau area sejauh 500-1.000 m.

Meski suara lebih fokus, tetapi pemasangan tweeter bazooka perlu cermat. 'Jangan sampai salah sasaran,' ujar Harry. Untuk mengundang walet, tweeter di pasang di atap gedung dengan kemiringan sekitar 450 ke arah langit yang biasa dilalui walet. Tweeter bukan diarahkan ke gedung atau benda lain di sekitarnya. Oleh karena itu menurut Philip Yamin, konsultan walet, tweeter bazooka harus dipasang pada ketinggian minimal setingkat lebih tinggi daripada bangunan di sekitarnya.

Lubang tweeter tidak boleh kemasukan air hujan yang berakibat suara tidak lepas. Jadi tweeter perlu diletakkan di teras atau di bawah atap pelindung. Cara lain dengan mengatur kemiringan hingga 200. Makin kecil sudut, makin kecil kemungkinan kemasukan air. 'Yang penting tweeter tetap mengarah ke langit, bukan gedung,' ujar Hary.

Jika rumah walet kecil, misal berukuran 8 m x 12 m, cukup menggunakan sebuah tweeter bazooka. Namun, kenyataannya ada juga yang menggunakan 4 tweeter sekaligus dengan mengarahkan suara ke empat penjuru mata angin. Menurut Hary pemasangan tweeter lebih dari satu kurang efektif karena hanya akan membuat walet bingung. Ia hanya terbang memutar-mutar mengelilingi suara, tidak tergiring masuk gedung.

Untuk mengarahkan walet yang terpancing masuk, di tiap lubang keluarmasuk dan di dalam rumah dapat dipasang tweeter biasa berukuran kecil. Menurut Philip kunci keberhasilan mengundang walet masuk, tetap tergantung jenis suara pancingan yang diputar. 'Meski pakai bazooka, tapi jika suaranya salah atau jelek susah berhasil memancing walet,' ujarnya. Yang dimaksud Philip, suara salah misalnya memancing walet di luar dengan suara walet mengeram.

Multi media
Di dalam dunia pancing-memancing walet, tak hanya tweeter yang dimodifikasi, tapi juga media penyimpan suaranya. Pada awal perkembangannya sumber suara pemancing berasal dari kaset yang diputar. Sejalan dengan perkembangan teknologi kemudian beralih ke CD, lalu menggunakan USB, dan kini multimedia card (MMC).

MMC yang sebetulnya sudah diperkenalkan sejak 5 tahun lalu, mulai digunakan peternak walet di Jawa dan luar Jawa. MMC memiliki kapasitas suara lebih besar. Ia bisa menyimpan beragam jenis suara dalam satu keping kartu yang sangat kecil. Selain itu lebih awet dibanding media lain. Sayangnya, suaranya tak sejernih CD. CD walet lebih disukai peternak karena suara yang dihasilkan lebih jernih. 'Namun jika diputar nonstop umurnya paling lama 6 bulan,' ujar Ubaidillah.

Sementara alat pemutar atau player dipilih sesuai media penyimpan suara. CPU termasuk player multifungsi karena dapat digunakan untuk CD, USB, maupun MMC. CPU dapat dihubungkan dengan 2 kabel output untuk suara luar dan dalam. Alat ini juga dapat dilengkapi timer alias pengatur waktu sehingga interval pemutaran suara dapat diatur.

'Agar media dan piranti pemutar awet, sebaiknya suara tidak diputar nonstop,' ujar Hary. Di sinilah letak keunggulan timer. Dengan memori hingga 16 perintah, timer dapat digunakan untuk mengatur waktu pemutaran suara sesuai keinginan peternak. Pagi, misalnya, player dinyalakan pukul 06.00-09.00, siang hari 11.00-14.00, dan malam pukul 15.00-20.00.

Tak hanya itu, kini ada CPU pemutar suara walet yang dilengkapi telepon seluler. Dengan kemajuan teknologi itu, peternak yang tinggal jauh dari rumah walet dapat mengetahui gangguan teknis pada player. Misal jika aliran listrik padam sehingga player tidak bekerja, secara otomatis 'telepon CPU' akan menghubungi nomor si empunya. Hubungan telepon itu tidak akan putus sampai si empunya menelepon balik ke nomor tersebut-artinya pemilik menyadari ada masalah dengan player di rumah waletnya. Dengan modifikasi dalam teknologi walet, upaya memancing walet dapat lebih mudah.

Berikut suara panggil :
Nemo V-WK4.mp3, PSSB.mp3, SR-1.mp3, VP-A.mp3.
 
Suara panggil walet lainnya yang cukup populer dikalangan peternak walet, antara lain :
BLACK MAGIC SUPER.mp3, BPS-MASTER.mp3, KEJORA-1.mp3, SUPER A242.mp3, TRACK 3-RAJA.mp3, AX-01.mp3.

Untuk suara inapnya adalah :
BJA SUPER.mp3, INAP VICTORY.mp3.

Adapun bagi yang memakai mesin audio dengan sistem stereo dengan memakai 1 flashdisk atau 1 memory card, silahkan coba pakai suara panggil/inap ini : STEREO VC-A.mp3 atau STEREO VC-B.mp3. Demikian sajian saya kali ini, selamat mencoba dan salam.